SELAMAT DATANG DI BLOG GURU BELAJAR MENGARANG

Minggu, 17 Juni 2012

MENYIKAPI “BUKU SASTRA REMAJA PEKALONGAN" DI TENGAH KEHIDUPANNYA YANG MATI SURI


Awal lahirnya, sekitar bulan Maret 2008 yang lalu, hampir semua penikmat karya sastra di Kabupaten Pekalongan,  ramai-ramai menyambut Cikal sebagai satu-satunya buku sastra yang sarat dengan  karya puisi maupun cerpen pelajar dan remaja. Para penikmat sastra, terutama para pelajar SMP dan SMA, menyambutnya dengan sangat antusias
Bagi mereka Cikal bisa untuk menambah jumlah bacaan sastra dari yang pernah mereka dapatkan di perpustakaan ataupun  di toko-toko buku. Disamping itu, Cikal   juga bisa untuk ajang berlatih menuangkan ide secara kreatifitas dalam bentuk  puisi maupun cerpen. Karena memang isi Cikal diutamakan dari  karya siswa-siswi SMP dan SMA/SMK, maka dengan sangat senang hati  kehadiran Cikal dalam setiap bulannya sangat mereka tunggu-tunggu.
Apalagi -walau baru terbit perdana- Cikal sudah bisa tampil cukup menawan. Cikal sudah dapat dikatakan bagus menurut kualitas wajah, ilustrasi, lay out, isi, maupun  keseluruhannya. 
Dari segi perwajahan, illustrasi dan lay out, Cikal ditangani oleh saudara Pay, remaja yang telah piawai  dalam merancang terbitnya buku maupun majalah di kota   Pekalongan.  Sedangkan dari segi isi, sejak menjelang lahir, Cikal sudah dibidani oleh tangan-tangan dingin pengurus dan anggota Komunitas Rumah Imaji (KRI), suatu kelompok yang berkegiatan di bidang tulis-menulis sastra di Kabupaten Pekalongan.   yang dipandegani oleh Hairul Huda dan dikoordinatori oleh Aveus Har.
Juga tidak ketinggalan, Forum Lingkar Pena (FLP) Pekalongan. Dari kelompok ini turut andil pula   Ghufron Muda dan Purwandi TD.  Ditambah lagi, Nr.Ina Huda, Najmudin, serta sederet nama lain.
   Semua pembaca sastra Pekalongan tahu, kalau mereka  adalah para penulis cerpen, puisi, artikel sastra, maupun buku cerita yang   cukup produktif di majalah dan koran-koran   lokal maupun nasional, di samping di penerbitan buku. Jadi, sangat pantaslah kalau kelahiran Cikal sebagai bunga rampai sastra pelajar dan remaja Pekalongan sudah cukup memadai dan menjanjikan bagi para pembacanya. Terutama para remaja dan pelajar SMP dan SMA/SMK.
Terlebih, untuk pengenalan dan promosi, sekolah-sekolah tak dipungut biaya cetak sepeser pun. Walau sebenarnya, karena dicetak dengan kertas HVS dan cover yang cukup bagus, para pengelola harus mengeluarkan dana Rp 7.375,- (tujuh ribu tiga ratus tujuh puluh lima rupiah) untuk satu eksemplar buku. Lantas, dari manakah sumber dana yang mereka gunakan dalam mewujudkan buku Cikal tersebut?
Setelah sesaat penulis telusuri, ternyata kelahiran Cikal didukung oleh Pemkab Pekalongan, c.q. Dewan Kesenian Daerah (DKD) yang saat itu dikomandani oleh Drs. Kelik Suwarno. Pemkab maupun DKD rupanya ingin membangun dan membudayakan cinta membaca sastra di kalangan pelajar dan remaja  lewat Cikal sebagai medianya. 
Mengingat di Pekalongan terdapat kelompok penulis Komunitas Rumah Imaji yang  dipandang mampu untuk menangani lahirnya sarana tersebut, maka support diberikan kepada KRI sehingga terwujudlah Buku Bunga Rampai Sastra Remaja dan Pelajar yang cukup memesona ini.
 Bahkan sebagai pihak yang merasa ikut memiliki, Bupati Pekalongan (sekarang mantan), Dra, Hj. Siti Qomariyah, MA dalam sambutan tertulisnya pada buku tersebut demikian, Saya berharap, Buku Bunga Rampai Sastra Remaja dan Pelajar Kabupaten Pekalongan ini dapat dipergunakan sebagai sarana komunikasi antar seniman dan budayawan. Dapat meningkatkan apresiasi dan kreasi bagi para seniman dan budayawan dalam berkarya khususnya di bidang sastra, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin.”
Tentu saja sebagai media yang telah direstui kelahirannya oleh Bupati atas nama Pemkab Pekalongan, kehadiran buku bunga rampai untuk edisi  selanjutnya sangat ditunggu-tunggu oleh banyak pihak pecinta dan penikmat sastra dengan  senang hati.
Namun rasa gembira ini  tampaknya tak terjawab  begitu Cikal edisi kedua terbit tak sebagus dan tak secantik edisi sebelumnya. Edisi kedua, Cikal hadir dengan wajah yang   apa adanya. Kurang menawan.   Semua ini apakah karena terbentur pada masalah dana?  Padahal kalau dilihat dari jumlah naskah yang masuk dari para pelajar SMP maupun SMA/SMK, sungguh luar biasa jumlahnya! Ada ratusan bahkan ribuan judul puisi maupun cerpen yang terkumpul di Rumah Imaji. Rasa penantian yang tak kunjung selesai ini, begitu Cikal  edisi ketiga dan seterusnya hingga sekarang tak pernah terbit lagi.
Ke manakah  Cikal pergi? Masih adakah kesempatan buku bunga rampai sastra ini bisa terbit dan hadir di sekolah-sekolah lagi? Bagaimana ini Pak Heru Utomo (Ketua Dewan Kesenian yang sekarang)? Bagaimana pula ini Pak Bupati? Adakah solusi terbaik agar Cikal yang telah lama mati suri  dapat terbit lagi di tengah-tengah masyarakat Pekalongan yang cinta seni sastra ini?***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan masukkan komentar Anda dengan sopan dan tidak berbau SARA.