SELAMAT DATANG DI BLOG GURU BELAJAR MENGARANG

Kamis, 01 November 2012

A Y A H (Bagian VIII)


 Oleh Sardono Syaarief

8.Tragedi di Pagi Hari

“Rin! Arini….. Bangun, Rin…! Bedug Subuh sudah tiba,”terdengar Bu Maya menggugah tidur Arini.  “Hai, bangun…!  Katanya mau ikut Ibu?”kali ini tubuh Arini digoyang-goyangnya beberapa kali.  Sehingga membuat Arini terusik dan pelan-pelan kedua matanya terbuka.
“Eeeehhhh…………!”Arini menggeliat.  Dengan pandangan matanya yang tampak masih menyipit, anak itu melirik ibunya.
“Ayo, bangun! Mau ikut Ibu tidak?”usik ibunya lagi. Ibu muda tadi berdiri di pinggir dipan. Lurus-lurus matanya memandangi Arini.
“Ikut ke mana, Bu?”seperti lupa pada yang dijanjikan ibunya kemarin sore, Arini bertanya.
“Ke pasar. Kau mau ikut Ibu, tidak?”

Kamis, 25 Oktober 2012

A Y A H (Bagian VII)


Oleh Sardono Syarief 

7.       Surat untuk Ayah


Sebulan telah berlalu. Selama itu tampaknya Bu Maya telah dapat hidup tenang lagi senang di kamar kontrakannya yang baru. Untuk menyewa kamar dan membeli keperluan yang lain, Bu Maya dapat membayarnya dengan baik. Bahkan hal ini telah dikabarkan pula kepada Pak Arjuna, suaminya yang kini masih berada di kamar tahanan.  Dalam suratnya yang dikirimkan enam hari yang lalu itu, Bu Maya menulis demikian:

Kamis, 27 September 2012

A Y A H (Bagian VI)


Oleh  Sardono Syarief
 
 Sejak hidup serumah dengan keluarga Pak Arif, nasib Bu Maya berangsur membaik. Ia yang semula berbaju dua tiga setel, sekarang lebih dari sepuluh setel yang dimiliki. Ia yang semula tidak memiliki seuntai kalung, gelang, dan cicin emas, sekarang pun ia memiliki. Begitu pula dengan Arini, anaknya.
Gadis kecil yang semula sering murung, kini hilang sudah sikap murungnya. Anak itu  lincah, riang, murah senyum, ramah, sopan lagi penurut pada semua perintah dan nasihat orang tuanya kembali. Hidup mereka kini benar-benar telah berubah. Semua itu berkat pekerjaan yang diberikan Pak Arif. Betapa tidak senang, bila dalam sehari Bu Maya dapat mengantongi penghasilan bersih seratus ribu rupiah? Upah sebesar itu diperoleh dari gesitnya Bu Maya dalam menjahit sepuluh potong baju orang dewasa. Apa lagi Bu Maya orangnya mampu menyelesaikan jahitan lebih dari jumlah tadi. Tidakkah penghasilan Bu Maya akan bisa lebih dari seratus ribu rupiah dalam waktu sehari?

Selasa, 14 Agustus 2012

UNTUK APA GURU MENULIS?

Oleh Sardono Syarief 
Menulis merupakan kegiatan mental tingkat tinggi. Artinya, menulis 
merupakan
kegiatan yang membutuhkan  pikiran dan perasaan dengan intensitas yang tinggi. Dalam ketrampilan berbahasa, menulis juga menduduki tingkatan tertinggi setelah mendengar, berbicara, dan membaca (Mulyoto,8 : 2006).
Masih kata Mulyoto, mulanya orang hanya mendengar perkataan orang lain di sekitarnya saat masih bayi. Kemudian ia meniru perkataan orang tersebut dengan berbicara. Setelah masuk sekolah, barulah dia belajar menulis dengan mengungkapkan semua pengalamannya. Karena termasuk kegiatan mental tingkat tinggi itulah, maka menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan suatu kesungguhan. 

Senin, 06 Agustus 2012

A Y A H (Bagian V)


 5. Bertemu Sahabat Lama

Oleh Sardono Syarief

 Sampai di Tanah Abang, dengan segera Bu Maya turun dari dalam bus. Digandengnya Arini menyeberang jalan.
“Lewat Slipi, Pak?”tanya Bu Maya manakala mendekat mikrolet.
“Ke mana, Bu?”balas Pak Sopir.
“Palmerah, Pak.”
“Oh, ya?  Mari, naik, Bu!”Pak Sopir mempersilakan.
Bu Maya masuk ke dalam mikrolet. Dibimbingnya Arini masuk lebih dulu.
Seraya mencari penumpang lain, pelan-pelan mikrolet  yang ditumpangi Bu Maya bergerak maju.
“Kebayoran Lama, Kebayoran Lama…!”Pak Sopir yang sudah separoh umur itu menawarkan jasanya.

Sabtu, 28 Juli 2012

A Y A H (Bagian IV)


4. Dalam Sebuah Perjalanan
Oleh Sardono Syarief


Kiri, Om…!”pinta Bu Maya kepada supir mikrolet yang membawanya lari dari Pulogadung.
“Turun di sini, Mbak?”tanya supir mikrolet yang usianya sedikit lebih muda dari Bu Maya.
“Iya,”Bu Maya mengiyakan sembari mengangguk.
Supir mikrolet menghentikan kendaraannya dengan segera.
Bu Maya bangkit dari jok yang didudukinya. Dengan langkah sedikit terburu-buru, dibimbingnya Arini turun dari mobil omprengan tersebut.
“Hati-hati, Mbak!”kata Om Sopir mengingatkan.
“Ya, Om. Terima kasih,”sahut Bu Maya singkat.
Bedug isya terdengar ditabuh orang di masjid ketika ibu dan anak tadi tiba di rumah.
“Arini!”panggil Bu Maya dari dalam kamar.
“Saya, Bu!”sahut Arini yang sedang mandi.
“Sudah selesai mandimu, Nak?”
“Belum. Sebentar lagi, Bu!”
“Lekas! Jangan kelamaan!”
“Baik, Bu.”

Kamis, 26 Juli 2012

AIR MATA HARU TERTUMPAH DI KELAS SD 3

PLPG yang diawali tanggal 16 hingga 25 Juli 2012 kini  berakhir sudah bagi Tahap VI Gugus Dikjur. Tangis haru tak tertahankan tersekat di tenggorokan semua teman, ketika Rabu, 25 Juli 2012 kami dari kelas SD 3 harus saling berjabat tangan untuk berpisah seusai kami tempuh ujian tulis yang amat menentukan bagi lulus atau tidaknya perjuangan kami selama seminggu lebih di ibukota Jawa Tengah tersebut.
"Ingin hati kami selalu bersatu, namun waktu jugalah yang harus memisahkan  untuk menanti hasil ujian di sekolah kami masing-masing di daerah tempat asal. Yang dari Pekalongan, silakan menunggu berita kelulusannya lewat Dindikbud Kab. Pekalongan. Demikian pula yang dari wilayah Pemalang.
Kalaupun siang ini harus berpisah, bukan berarti  berakhirnya persahabatan kita yang telah kita jalin selama ini. Namun perpisahan ini hanyalah untuk menunggu hasil PLPG yang telah kita tempuh dengan gigih dan penuh semangat. Mudah-mudahan kita semua lulus...! Tak ada yang tertinggal seorang pun dari kelas ini,"demikian yang diharapkan oleh Solekhan, ketua kelas kami dalam menutup acara perpisahan sederhana siang itu.

Jabat tangan perpisahan yang dibanjiri oleh air mata haru  berakhir
sudah. Selamat jalan, Kawan...!